Komdigi Hadirkan 10 Titik Internet SATRIA-1 di Wilayah Banjir Sumatera: Akses Digital Saat Krisis

Internet Satelit SATRIA-1 di Lokasi Banjir Sumatera

Ketika banjir bandang melanda sebagian wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, satu hal krusial langsung menjadi perhatian: komunikasi. Dalam situasi darurat, bisa mengirim pesan, menerima update cuaca, atau bahkan sekadar memberi kabar ke keluarga adalah kebutuhan esensial. Menjawab tantangan ini, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) langsung bergerak cepat dengan memasang 10 titik internet darurat berbasis satelit SATRIA-1 di wilayah terdampak.

Langkah ini bukan hanya respons tanggap bencana, tapi juga menjadi cerminan transformasi digital di sektor penanganan kebencanaan. Artikel ini mengulas lebih dalam teknologi di balik SATRIA-1, lokasi dan fungsi titik layanan yang dipasang, serta bagaimana masyarakat atau relawan bisa memanfaatkannya.

Apa Itu SATRIA-1 dan Kenapa Penting?

SATRIA-1 (Satelit Republik Indonesia 1) adalah satelit komunikasi geostasioner milik pemerintah yang diluncurkan pada pertengahan 2023. Dengan kapasitas data mencapai 150 Gbps, SATRIA-1 digadang sebagai solusi konektivitas untuk daerah 3T—tertinggal, terdepan, dan terluar. Satelit ini mampu menghubungkan ribuan titik layanan publik, termasuk sekolah, puskesmas, kantor desa, hingga posko bencana.

Teknologi yang digunakan berbasis Ka-Band High Throughput Satellite (HTS), artinya SATRIA-1 dapat melayani banyak pengguna sekaligus di area terpencil tanpa bergantung pada infrastruktur fiber optik atau BTS konvensional. Dalam konteks bencana, ini sangat penting. Ketika menara seluler tumbang atau jalur darat terputus, internet berbasis satelit seperti SATRIA-1 tetap bisa berfungsi dengan stabil.

BACA JUGA :

Di Mana Saja 10 Titik Internet SATRIA-1 Dipasang?

Berikut adalah daftar lokasi pemasangan internet satelit SATRIA-1 yang telah dioperasikan oleh Komdigi bersama tim BAKTI, BNPB, TNI, dan mitra lapangan:

  1. Bandara Dr. Ferdinand Lumbantobing, Tapanuli Tengah (Sumatera Utara)
  2. SMAN 1 Plus Matauli Pandan, Tapanuli Tengah
  3. Masjid Baitul Gafur, Aceh Utara
  4. Command Center Bencana, Aceh Tengah
  5. Kantor Wali Kota Lhokseumawe
  6. Kota Langsa, Aceh
  7. Kabupaten Aceh Timur
  8. Kabupaten Aceh Tamiang
  9. Jorong Bukik Malanca, Nagari Malalak Timur, Agam (Sumatera Barat)
  10. UPT BNPB Regional Sumatera Barat, Kota Padang

Titik-titik tersebut dipilih berdasarkan tingkat dampak banjir, jumlah pengungsi, serta kebutuhan koordinasi antarinstansi. Di setiap titik, masyarakat dapat mengakses jaringan Wi-Fi yang disediakan secara gratis.

Bukan Sekadar Akses Internet, Tapi Jaringan Kehidupan

Menurut Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, pemasangan internet SATRIA-1 ini merupakan prioritas nasional. “Ketika jaringan terputus, yang dibutuhkan bukan hanya infrastruktur, tapi akses ke informasi, layanan kesehatan, logistik, dan tentunya komunikasi keluarga. SATRIA-1 memungkinkan itu semua tetap berjalan,” jelasnya dalam pernyataan resmi.

Layanan ini sangat membantu para relawan dan tenaga medis di lapangan untuk melaporkan situasi terkini secara real-time. Selain itu, warga yang terisolasi dapat kembali terkoneksi ke layanan publik seperti bantuan logistik digital, telemedicine, atau informasi evakuasi.

Kolaborasi Luas: Telkom dan Starlink Turut Berperan

Tak hanya mengandalkan SATRIA-1, Komdigi juga menggandeng Telkom Group dan penyedia layanan satelit global seperti Starlink untuk memperkuat komunikasi darurat. PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat) menurunkan satelit Mangostar ke enam titik posko bencana, sementara jaringan Wi-Fi darurat disiapkan di tujuh kantor Telkom Witel dan STO, seperti di Banda Aceh, Medan, dan Sibolga.

Di sisi lain, Starlink dari SpaceX juga membuka akses gratis untuk wilayah terdampak bencana hingga akhir Desember 2025. Langkah ini dilakukan melalui koordinasi dengan pemerintah daerah dan BNPB. Warga atau organisasi yang memiliki terminal Starlink bisa mengaktifkan layanan menggunakan kode bantuan resmi yang disediakan.

Bagaimana Cara Warga Mengakses Internet di Titik SATRIA-1?

Masyarakat cukup datang ke lokasi pemasangan titik SATRIA-1. Jaringan Wi-Fi akan tersedia dengan nama (SSID) khusus yang diumumkan di area tersebut, biasanya bernama “SATRIA-1 Emergency” atau sesuai nama lokasi. Tidak diperlukan perangkat khusus—cukup smartphone atau laptop. Akses ini gratis tanpa login, meski ada pembatasan bandwidth untuk memastikan keadilan penggunaan.

Relawan teknologi dan komunitas lokal juga diimbau membantu edukasi warga sekitar tentang penggunaan layanan ini. Komdigi mengutamakan fungsi kemanusiaan: bukan untuk hiburan, melainkan untuk penyelamatan dan pemulihan.

Evaluasi dan Langkah Lanjutan

Dalam evaluasi internal Komdigi, hingga hari keempat pasca-pemasangan, seluruh titik SATRIA-1 mencatat tingkat utilisasi di atas 75%. Artinya, konektivitas benar-benar digunakan secara aktif oleh warga maupun petugas. Ke depan, pemerintah berencana menambah titik SATRIA-1 di lokasi pengungsian atau daerah rawan yang belum terjangkau fiber optic.

Tak hanya untuk kondisi darurat, SATRIA-1 juga diproyeksikan jadi solusi jangka panjang bagi transformasi digital desa-desa terpencil di Indonesia. Ini sejalan dengan target pemerintah mewujudkan layanan publik berbasis internet di lebih dari 150 ribu titik pada 2026.

Penutup

Kehadiran internet SATRIA-1 di tengah bencana bukan sekadar proyek teknologi. Ia adalah jembatan komunikasi di saat krisis, yang menyatukan keluarga, menyelamatkan informasi, dan menguatkan koordinasi lintas sektor. Untuk para profesional kebencanaan, teknisi telekomunikasi, maupun pengambil kebijakan, langkah ini bisa jadi titik tolak menuju model manajemen bencana berbasis digital yang lebih tangguh dan inklusif.

Jika Anda berada di wilayah terdampak atau memiliki jaringan relawan di lapangan, pastikan mereka tahu tentang titik-titik ini. Karena dalam situasi seperti ini, satu sinyal bisa menyelamatkan banyak nyawa.